LTN, Lhokseumawe, 9 Juli 2025 — Ketua Korps PMII Puteri (KOPRI) Komisariat Universitas Malikussaleh (UNIMAL), Sahabat Fauziana, menegaskan pentingnya posisi perempuan sebagai aktor perubahan dalam menentukan masa depan bangsa. Dalam berbagai kesempatan, Fauziana selalu menekankan bahwa perempuan tidak hanya layak duduk di barisan pendukung, melainkan harus berada di garda terdepan proses pembangunan sosial, pendidikan, hingga transformasi digital.
Menurut Fauziana, sejarah telah menunjukkan bahwa kemajuan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas kaum perempuannya. “Kalau kita ingin melihat bagaimana masa depan sebuah bangsa, maka lihatlah bagaimana kondisi dan peran perempuannya hari ini,” tegas Fauziana.
“Percayalah, ketika perempuan bangkit dan berdaya, maka sesungguhnya kita sedang menyiapkan pondasi bangsa yang kokoh untuk masa depan,” . Baginya, perempuan bukan sekadar pelengkap dalam pembangunan, tetapi justru menjadi pusat transformasi nilai-nilai luhur di tengah keluarga dan masyarakat.
Di bawah kepemimpinannya, KOPRI PMII UNIMAL terus mendorong penguatan kapasitas kader perempuan, baik dalam aspek intelektual, sosial, maupun literasi digital. Program-program seperti pelatihan kepemimpinan perempuan, diskusi isu gender, hingga kampanye literasi digital telah dijalankan sebagai upaya mempersiapkan kader perempuan yang siap berkontribusi lebih luas bagi masyarakat.
“Perempuan adalah madrasah pertama bagi generasi penerus. Jika perempuan cerdas, kritis, dan berdaya, maka kita telah menanamkan benih peradaban yang baik. Ini yang akan memengaruhi arah bangsa di masa depan,” ujar Fauziana.
Ia juga mengingatkan pentingnya ruang aman dan dukungan bagi perempuan untuk berkembang.
Tantangan seperti stereotip gender, kekerasan verbal maupun digital, hingga rendahnya kepercayaan pada kemampuan perempuan masih menjadi pekerjaan rumah bersama. Oleh karena itu, Fauziana berharap gerakan perempuan, khususnya melalui KOPRI PMII UNIMAL, dapat menjadi lokomotif perubahan pola pikir masyarakat agar lebih progresif dan adil gender.
Sahabat Fauziana menutup pernyataannya dengan pesan kuat, “Jangan pernah meremehkan dampak satu langkah kecil yang dilakukan perempuan hari ini. Dari langkah-langkah itulah akan lahir perubahan besar yang bisa mengguncang masa depan bangsa.”
Kehadiran KOPRI PMII UNIMAL dengan berbagai program pemberdayaannya diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi internal kader, tetapi juga mampu menginspirasi organisasi lain untuk semakin memperkuat peran perempuan dalam setiap lini pembangunan bangsa.
Ganti menteri, ganti kebijakan. Sarjana membludak, pengangguran menumpuk. Gelar akademik menjulang, tapi moral bangsa tak kunjung bangkit. Di jalanan teriak perlawanan, di parlemen jadi babu kekuasaan. Pendidikan jalan terus, tapi perbudakan tak juga usai. Inilah negeri kita!
POTONGAN-POTONGAN kalimat itu bukan cuma bentuk satire, tetapi potret getir yang terus terulang dari generasi ke generasi. Jika semua dikumpulkan, benang merahnya terang: pendidikan kita gagal melahirkan manusia merdeka yang memerdekakan.
Mungkin Anda tak sepakat, tapi tak bisa menampik kenyataan bahwa bangsa ini sedang rusak mentalnya; di segala lini sosial, politik, hukum, pendidikan, budaya, bahkan ekonomi yang kini berada di tubir jurang kegelisahan.
Sudah terlalu lama bangsa ini digerogoti kerakusan orang-orang terdidik yang tak pernah selesai dididik menjadi manusia seutuhnya. Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) bukan lagi kejahatan tersembunyi, melainkan menjadi ritus harian dari pusat kekuasaan hingga ruang kelas. Dari gedung DPR sampai meja guru, aroma pengkhianatan terhadap nilai-nilai keadilan semakin menyengat.
Lalu untuk siapa pendidikan ini digerakkan? Ke mana bangsa ini hendak dibawa?
Baru-baru ini, Kementerian Pendidikan kembali menggulirkan narasi "pembaruan" dengan mengusung konsep Delapan Dimensi Profil Pelajar Pancasila. Kampanye besar diluncurkan, seminar diselenggarakan, buku panduan dicetak. Seolah angin segar sedang bertiup, membawa harapan akan lahirnya generasi unggul di masa depan.
Tapi delapan dimensi ini tak boleh berhenti sebagai narasi indah di atas kertas. Ia harus menjadi api perlawanan, bukan hanya proyek ganti rezim. Ia harus menjadi cetak biru yang melahirkan manusia kritis, berani melawan kebusukan, bukan hanya kendaraan pemborosan anggaran lewat sosialisasi dari pusat ke daerah.
1. Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan YME
Dimensi ini tak cukup hanya melahirkan generasi berpenampilan religius yang fasih melafalkan ayat-ayat suci. Pendidikan sejati harus menumbuhkan keberanian moral untuk menyatakan yang benar itu benar, dan yang salah itu salah; tanpa pandang bulu, sekalipun pelakunya pejabat tinggi. Religiusitas tanpa keberanian melawan ketidakadilan hanyalah topeng belaka.
2. Berkebhinekaan Global (Kewargaan Aktif)
Dimensi ini semestinya menumbuhkan kesadaran bahwa menjadi warga negara berarti berani bersuara. Bukan hanya hafal sila Pancasila, tetapi berani menggugat kebijakan yang menindas rakyat. Menjadi warga negara bukanlah menjadi budak negara. Demokrasi membutuhkan keberanian bertanya, menggugat, bahkan menolak ketika keadilan dipermainkan.
3. Bernalar Kritis
Inilah dimensi yang menjadi rem penting terhadap hegemoni kekuasaan. Generasi yang bernalar kritis akan mampu mencium kebusukan di balik retorika pembangunan, menggugat jargon digitalisasi yang menindas, serta membongkar ketimpangan yang dikemas sebagai pertumbuhan. Mereka akan menjadi duri di tenggorokan para bedebah yang menjarah masa depan.
4. Kreatif
Kreativitas bukan hanya membuat konten lucu yang viral. Ia harus menjadi daya cipta dan daya lawan terhadap kepalsuan, tirani, dan kesewenang-wenangan. Pendidikan yang mencetak pemuja kekuasaan hanya akan memperpanjang perbudakan intelektual. Kita butuh pembaru, bukan pengikut.
5. Kolaboratif
Kolaborasi tak boleh dimaknai sebagai “kerja sama demi proyek penguasa.” Ia harus berarti gotong royong membangun kekuatan rakyat. Pendidikan harus menumbuhkan generasi yang mandiri, yang tetap tegak walau sistem menyingkirkan mereka, yang tetap berjalan lurus walau arus menentangnya.
6. Mandiri
Kemandirian bukan sekadar bisa hidup sendiri. Ia adalah keberanian untuk tidak ikut arus, tidak menjilat kekuasaan, tidak tergantung pada birokrasi. Mandiri berarti setia pada nilai, bukan pada kenyamanan.
7. Sehat Fisik dan Mental
Dimensi ini tak cukup hanya melahirkan generasi bertubuh atletis. Yang lebih mendesak adalah ketahanan mental dalam menghadapi tekanan politik, sosial, dan ekonomi. Mereka yang tak takut dibungkam, tak tumbang saat ditekan, dan tak bisa dibeli, adalah wajah asli manusia sehat di zaman ini.
8. Kemampuan Berkomunikasi
Bukan hanya pintar bicara di podium, tapi berani menyuarakan kebenaran, menggugat ketidakadilan, dan menyebarkan semangat perlawanan. Ini tentang keberanian berkata “tidak” pada kekuasaan, tentang keteguhan bertanya “kenapa?” saat rakyat disakiti dan kebenaran disembunyikan.
Jika delapan dimensi ini dijalankan sepenuh hati, hasilnya bukan sekadar lulusan sekolah atau sarjana. Hasilnya adalah manusia merdeka yang tidak bisa dibeli, tidak bisa ditakut-takuti, dan tidak akan diam ketika rakyat diinjak-injak.
Pendidikan sejati bukan untuk melahirkan budak-budak naif yang taat tanpa nalar, tapi generasi cerdas yang memimpin perubahan. Dan perubahan sejati hanya lahir dari keberanian untuk menolak tunduk pada kebusukan.
Penulis Ramadhan Al Faruq
Islam pernah mengingatkan dengan tegas:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah....”
(QS. Ali Imran: 110)
Artinya, pendidikan harus bermuara pada lahirnya generasi terbaik yang berani memperjuangkan kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Yang melawan kezaliman, membongkar kebiadaban, dan menjaga integritas bangsa dari cengkeraman kekuasaan yang bejat.
Penulis adalah alumni IAIN Ar-Raniry, Juru Bicara Kaukus Peduli Integritas Pendidikan Aceh.
LTN, Opini|Pendidikan di provinsi Aceh telah menunjukkan kemajuan dalam hal akses pendidikan dasar dan capaian rapor SPM. Namun, tantangan mutu, kesinambungan jenjang, ketimpangan daerah, serta hambatan sosial-ekonomi masih besar. Masih dibutuhkan perjuangan serius dan terarah – tidak hanya membangun sarana, tapi juga peningkatan kualitas guru, regulasi akses dan dukungan bagi anak-anak, serta kolaborasi lintas pemangku kepentingan.
Pendidikan di Aceh saat ini masih menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius. Meskipun beberapa kebijakan seperti program beasiswa “Aceh Carong” dan peningkatan anggaran pendidikan telah dijalankan, namun kenyataan di lapangan belum sepenuhnya mencerminkan kemajuan yang merata.
Masih banyak sekolah di pelosok Aceh yang kekurangan fasilitas, guru yang belum memenuhi kualifikasi, dan anak-anak yang kesulitan mengakses pendidikan karena faktor ekonomi atau geografis. Ketimpangan antara daerah kota dan desa begitu jelas, menciptakan jurang kualitas yang cukup tajam.
Selain itu, nilai-nilai budaya dan agama yang kuat di Aceh sebenarnya bisa menjadi fondasi pendidikan yang unggul dan berkarakter. Namun, hal ini belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam pengembangan kurikulum lokal yang kontekstual dan relevan.
Pendidikan di Aceh harus bergerak maju, bukan hanya dari sisi infrastruktur, tapi juga dari segi kualitas guru, literasi digital, dan penguatan karakter siswa. Perlu sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk memastikan bahwa pendidikan benar-benar menjadi jalan perubahan dan kemajuan Aceh.
LTN, Deli Serdang | Membanggakan! Qiara Asqa, Siswi Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Lubuk Pakam, menjadi perwakilan Indonesia di Grand Final Asia All Star, pada Asia All Stars Festival di Anyang Art Center Gyeonggi-do, Korea Selatan (Korsel). Qiara akan mengikuti perlombaan tersebut, mulai tanggal 9 sampai 13 Juli 2025.
Asia Arts Festival sendiri merupakan ajang Apresiasi dan Kompetisi Seni Lintas Negara yang menghadirkan ragam ekspresi Budaya dari Generasi Muda dan Seniman dari berbagai latar belakang. Festival ini membuka ruang bagi pertunjukan Tari, Musik, Teater, dan bentuk senilainnya, dengan semangat mempererat persahabatan budaya antarbangsa di Asia.
Bupati Deli Serdang, dr. H. Asri Ludin Tambunan merasa bangga atas talenta luar biasa yang dimiliki Qiara Aqsa sehingga bisa berkompetisi di tingkat Internasional dengan membawa nama Deli Serdang dan Indonesia.
“Saya bangga punya anak-anak yang bertalenta seperti Qiara Asqa ini. Prestasi yang membanggakan. Jadi bukti kalau anak-anak Deli Serdang punya potensj besar,” ucap Bupati saat menerima kehadiran Qiara Aqsa bersama ibu sekaligus manajernya, Sri Wulandari di Ruang Rapat, Lantai II, Kantor Bupati Deli Serdang, Kamis (03/07/2025).
Bupati berharap, talenta dan keberhasilan Qiara Aqsa berkompetisi di tingkat Internasional bisa menjadi contoh bagi anak-anak lainnya di Deli Serdang.
“Jadikanlah Qiara Asqa ini sebagai motivasi untuk menjadi sesuatu yang lebih baik dan unggul. Saya yakinkan, setiap talenta hebat dari Kabupaten ini pasti akan kita support. Tidak hanya untuk prestasinya, tapi juga untuk masa depannya di kemudian hari,” ungkap Bupati.
Bupati mendoakan, Qiara Asqa bisa meraih prestasi terbaik di ajang Asia All Star Festival Asia di Korea Selatan tersebut.
“Nanti, saat kepulangan ke tanah air, ini akan menjadi satu kebanggaan baru untuk bangsa Indonesia. Selamat Berjuang,” tegas Bupati.
Kembali ditekankan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Deli Serdang akan selalu hadir untuk anak-anak yang mempunyai bakat dan juga talenta.
Bupati menginstruksikan kepada Dinas Pendidikan dan para Kepala Sekolah di Deli Serdang, untuk lebih aktif menjadi bagian dari proses tumbuhnya talenta-talenta Deli Serdang.
“Selamat bertanding. Semoga pengalaman berharga ini menjadi pintu pembuka bagi masa depan yang gemilang, serta menjadi inspirasi bagi anak-anak Deli Serdang lainnya,” tutur Bupati
Hadir pada audiensi tersebut, Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Dedy Maswardy, S.Sos., MAP; Kepala Dinas (Kadis) Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (Kominfostan), Drs. Khairul Azman, MAP; Kadis Pendidikan, Yudy Hilmawan, SE., MM; Camat Lubuk Pakam, Rio Laka Dewa, SSTP., MAP; Kepala SMP Negeri 1 Lubuk Pakam, Elfian Lubis, S.Pd., M.Si dan lainnya.
LTN, Lhokseumawe | Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD), UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe menggelar Pelatihan Bahasa Isyarat bertajuk “Menjembatani Cinta Tanpa Suara: Berseni Dengan Isyarat Yang Bermakna” pada Selasa, 1 Juli 2025, bertempat di lantai 3 Gedung FUAD.
Kegiatan ini resmi dibuka oleh Wakil Rektor III UIN Sultanah Nahrasiyah, Dr. Darmadi. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa penyandang disabilitas rungu wicara memiliki keistimewaan yang layak diapresiasi.
“Mereka yang tuna rungu telah diberikan rahmat lebih oleh Allah. Bahkan, mereka mampu berprestasi, termasuk menjadi hafiz Al-Qur’an,” ujar Darmadi.
“Mereka mampu berprestasi dengan keterbatasan. Kita yang tidak mengalami hambatan seperti mereka justru harus lebih bersyukur dan lebih berusaha,” tambahnya.
Darmadi turut menyoroti pentingnya komunikasi non-verbal dalam kehidupan sehari-hari, menyatakan bahwa 70 persen komunikasi di dunia terjadi melalui cara non-verbal.
Ketua Jurusan KPI, Zanzibar, M.Sos, dalam sambutannya menyampaikan bahwa penguasaan bahasa isyarat merupakan bagian dari literasi komunikasi modern.
“Pengguna bahasa non-verbal terus bertambah, baik di Indonesia maupun dunia. Bahasa isyarat bukan hanya untuk kalangan disabilitas, tetapi juga merupakan bagian dari sistem komunikasi masyarakat secara luas,” jelasnya.
Pelatihan ini menghadirkan Mursyita, S.Pd, Gr, guru dari SLB Negeri Aneuk Nanggroe, sebagai narasumber utama. Ia memperkenalkan dua jenis bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia, yaitu SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia).
Dalam sesi praktik, peserta diajak untuk mempelajari abjad, angka, dan percakapan dasar dengan menggunakan bahasa isyarat. Tak hanya itu, Mursyita juga membawa beberapa siswanya untuk mendemonstrasikan langsung komunikasi menggunakan bahasa isyarat, yang disambut dengan antusiasme tinggi oleh para peserta.
Ketua HMJ KPI, Ferdi Fimansyah, menjelaskan bahwa pelatihan ini bertujuan membuka wawasan mahasiswa tentang pentingnya komunikasi yang inklusif.
“Kami ingin mahasiswa KPI, sebagai calon komunikator profesional, memiliki empati dan kemampuan berkomunikasi yang menyeluruh, termasuk kepada mereka yang berkebutuhan khusus,” ujarnya.
Kegiatan berlangsung lancar dan penuh antusiasme. Keysha Alea Wahdini Harahap, mahasiswi KPI UIN Sultanah Nahrasiyah, bertindak sebagai moderator dalam acara tersebut.
Acara ini juga didukung oleh berbagai sponsor, baik dari kalangan perusahaan lokal dan nasional, maupun mitra media dari berbagai media lokal dan nasional.
LTN, Aceh Utara | Dalam rangka meningkatkan Literasi bagi masyarakat, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Al Alif Malikussaleh gampong Lhok Jok Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara terima 1000 bacaan bermutu dan 1 rak buku dari Perpusnas RI, Senin, 30 Juni 2025.
Hibah 1000 Bacaan Bermutu dari Perpustakaan Nasional RI merupakan salah satu program dari Perpusnas RI untuk peningakatan literasi tahun 2025 bagi seluruh lapisan masyarakat.
Di Aceh sendiri terpilih 77 Perpustakaan Desa dan Taman Bacaan Masyarakat penerima hibah bacaan bermutu tersebut.
TBM Al Alif Malikussaleh gampong Lhok Jok Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara dengan founder Tgk. Zulkifli, S.Pd.I, M.Pd (Tgk. Joel Buloh) adalah salah satu TBM di Aceh Utara penerimaan hibah 1000 bacaan bermutu dan 1 rak buku.
Tgk. Joel Buloh mengucap terima kasih kepada ibu Sri Fujianti selaku PIC dinas yang menjabat sebagai Kasi Layanan, Otomatis dan Kerja Perpustakaan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Aceh Utara, juga terima kasih kepada Perpustakaan Nasional RI yang telah memilih TBM kami sebagai salah satu TBM penerima hibah 1000 bacaan bermutu dan terima kasih kepada teman literasi saudara Muhammad Ichsan selaku founder Rumah Baca Rangkang Pustaka Nisam yang telah memberikan informasi kepada kami. Semoga dengan adanya bacaan bermutu tersebut, kami dapat memotivasi anak-anak untuk gemar membaca di balik tantangan android yang makin menjamur sekarang ini, pungkas Tgk. Joel Buloh.
Tentang kapan gerakan literasi ini digerakkan kembali, Tgk. Joel Buloh mengatakan akan mengadakan diskusi dengan relawan, karena tanpa relawan gerakan literasi ini tidak akan berjalan dan berkembang, karena Tgk. Joel Buloh juga termasuk orang yang sibuk, pagi dari jam 07.30 sampai dengan jam 15.00 mengajar di madrasah, sore dan malam mengajar di tempat pengajian, beliau juga pimpinan LPQ Al Alif Malikussaleh gampong setempat.
LTN, Aceh Selatan| Direktorat Penerangan Agama Islam, Direktorat Jenderal Bimas Islam, Kementerian Agama RI membuka kesempatan bagi calon dai muda untuk mengikuti pembibitan tahun 2025. Berikut adalah informasi terkait proses seleksi dan persyaratan pendaftaran:
Seleksi Pendaftaran: 1-15 Juli 2025
Pelaksanaan Kegiatan: 20-25 Juli 2025
Kriteria Pendaftaran:
1. Laki-laki atau perempuan (Dai/Daiyah)
2. Usia maksimal 25 tahun pada saat pendaftaran
3. Menggeluti bidang dakwah
4. Belum menikah
5. Pendidikan minimal S1 di bidang keagamaan Islam atau berlatar belakang Pondok Pesantren
Syarat dan Ketentuan:
Mengisi tautan pendaftaran
Membuat video pendek berisi alasan mengikuti seleksi dakwah, dengan ketentuan:
Durasi minimal 30 detik dan maksimal 1 menit
Unggah ke Instagram pribadi
Follow dan tag akun Instagram @subditdakwahkemenag
Memiliki dan aktif di media sosial (Instagram, TikTok, Facebook, atau lainnya)
Pastikan Anda memenuhi semua persyaratan dan ketentuan yang berlaku sebelum melakukan pendaftaran.
LTN, Aceh Utara| Peneliti dari Center for Information of Samudra Pasai and Aceh Heritage (CISAH) menemukan makam seorang tokoh abad ke-15 bernama Haji ‘Izzuddin bin Haji Ismail di Gampong Blang Pha, Kecamatan Seunudon, Kabupaten Aceh Utara.
Menurut peneliti CISAH Sukarna Putra, inskripsi beraksara Arab di batu nisan menyebutkan bahwa Haji ‘Izzuddin berasal dari Distrik Amirabad, Provinsi Hormozgan, Iran. Ia wafat pada bulan Jumadil Awal 865 H (1460 M) dan tercatat sebagai pemilik gelar haji paling awal di Asia Tenggara. Penemuan ini menegaskan eratnya hubungan Kesultanan Samudra Pasai dengan dunia Islam, khususnya Timur Tengah, sejak masa awal penyebaran Islam di kawasan ini.
Kepala Bidang Kebudayaan Aceh Utara Muhibuddin, S.Pd., M.Pd. menyatakan komitmen pemerintah daerah untuk segera mengonservasi lokasi pemakaman tersebut. “Ini bukan sekadar peninggalan sejarah lokal, melainkan bukti keterhubungan global Aceh dengan dunia Islam sejak berabad-abad lalu,” ujarnya, Rabu, 25 Juni 2025.
Kagum atas temuan tersebut, Syarwan, Geuchik Gampong Blang Pha, berharap situs makam ini dapat dijaga dan dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah dan religi. “Semoga keberadaan makam tokoh besar dari Persia ini membawa manfaat edukatif sekaligus ekonomi bagi masyarakat,” tuturnya.
Pemkab Aceh Utara berencana berkolaborasi dengan Pemerintah Aceh untuk menetapkan makam Haji ‘Izzuddin sebagai cagar budaya dan menyiapkan fasilitas penunjang bagi wisatawan serta peneliti yang ingin menelusuri jejak persahabatan kuno antara Samudra Pasai dan Timur Tengah.
LTN, Aceh Selatan | Semangat keilmuan kembali menyala di bumi Aceh Selatan. Forum Mubahasah Thalabah Fiqhiyyah Aceh Selatan (MUSTHAFA) kembali menggelar mubahasah atau diskusi ilmiah keagamaan rutin dengan tema aktual: “Status Hukum Open Donasi terhadap Tanah dan Barang yang Belum Dimiliki”, Rabu malam (11/6/2025).
Kegiatan yang berlangsung di Dayah Jabal Qubis Al-Waliyah, Gelumbuk, Kecamatan Kluet Selatan, yang diasuh oleh Tgk. Syarifuddin (Abi Qubis), menyedot perhatian luas. Puluhan teungku-teungku muda, alumni dayah, dan masyarakat dari berbagai penjuru Aceh Selatan hadir memenuhi ruang kegiatan, menunjukkan antusiasme yang luar biasa terhadap tradisi bahsul masail yang mulai menggeliat kembali.
Diskusi ini tidak sekadar ajang debat ilmiah, tetapi juga menjadi ruang pemantapan sanad keilmuan.
Hadir sebagai mushahhih (pentashih) yang memberikan legitimasi terhadap kesimpulan diskusi adalah para ulama terkemuka seperti Tgk.Muhibuttibri (Abah Kuala Ba’u), Tgk. H. Mubarrak (Ayah Darussa’adah), Tgk. H. Erly Safriza Al-Yusufi, Lc. (Abati Teupin Gajah), Tgk. H. Karimuddin, S.H.I (Abi Ujung Bate) dan Tgk. Bustami (Abi Lhok Sialang).
Selain membedah tema utama, forum ini juga membuka sesi tanya jawab terbuka, yang memungkinkan masyarakat bertanya langsung kepada para mubahis, menjadikan kegiatan ini tidak hanya akademis, tapi juga kontekstual dan membumi.
Dalam sambutannya, Tgk. H. Karimuddin, S.H.I (Abi Ujung Bate) menegaskan pentingnya mengasah keilmuan dalam forum-forum seperti ini.
"Ilmu itu seperti pedang. Jika tidak diasah, ia akan tumpul. Begitu pula pikiran kita. Maka jadikan mubahasah ini sebagai medan latihan untuk mempertajam nalar fiqh kita," pesannya.
Tak hanya berhenti di situ, beliau juga mengusulkan agar kegiatan ini diperluas dalam bentuk lomba mubahasah tingkat Lajnah Dayah se-Aceh Selatan ke depan, sebagai bagian dari upaya sistematis untuk melahirkan kader ulama yang tangguh dan responsif terhadap isu-isu kekinian.
Lebih jauh lagi, Tgk. Karimuddin juga berpesan kepada generasi muda dayah agar menjaga ukhuwah antar alumni dan tidak mudah terpecah belah oleh perbedaan.
“Ilmu harus menjadikan kita lebih rendah hati dan bersatu, bukan saling meniadakan,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, panitia juga menggelar prosesi peusijuk (tepung tawar) kepada ketua baru MUSTHAFA, Tgk. Edi Mukhtar, yang menggantikan Tgk. Abdul Muzad, S.H. (Abi Hanif), ketua sebelumnya yang telah berpulang ke rahmatullah.
Dalam sambutannya, Tgk. Edi menyampaikan komitmennya untuk terus melanjutkan estafet perjuangan intelektual para pendahulu.
“Ini adalah Mubahasah ke-15 sejak didirikan. Kami berharap kegiatan ini terus istiqamah sebagai api penyulut gairah keilmuan di tengah masyarakat dan para alumni dayah,” ujarnya.
Acara ditutup dengan doa khidmat oleh Tgk. Zainal Abidin (Abi Krueng Kluet) tepat pada pukul 00.00 WIB dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama, menandai akhir dari malam yang penuh ilmu, ukhuwah, dan harapan besar terhadap masa depan fiqhiyyah Aceh Selatan.
LantasTribunNews, Jakarta|Pemerintah kembali mengambil langkah strategis dengan menetapkan perubahan status sejumlah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).
Melalui Peraturan Presiden (Perpres) tertanggal 21 Mei 2025, beberapa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) kini resmi menyandang status Universitas Islam Negeri (UIN), sementara beberapa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) naik kelas menjadi IAIN.
Langkah ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam mengembangkan kelembagaan dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi keagamaan di Tanah Air.
Dengan perubahan status ini, diharapkan PTKIN yang bersangkutan dapat memperluas cakupan keilmuan, meningkatkan kualitas riset, dan menghasilkan lulusan yang semakin kompeten, Senin 26 Mei 2025.
Berikut adalah daftar PTKIN yang mengalami perubahan status:
IAIN yang Kini Berstatus UIN
IAIN Lhokseumawe bertransformasi menjadi UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe (Aceh).
IAIN Manado kini resmi menjadi UIN Manado (Sulawesi Utara).
IAIN Kediri naik tingkat menjadi UIN Kediri (Jawa Timur).
IAIN Curup berubah status menjadi UIN Curup (Bengkulu).
IAIN Palangka Raya resmi menjadi UIN Palangka Raya (Kalimantan Tengah).
IAIN Pontianak kini adalah UIN Pontianak (Kalimantan Barat).
STAIN yang Kini Berstatus IAIN
STAIN Majene kini menjadi IAIN Majene (Sulawesi Barat).
STAIN Sorong berubah status menjadi IAIN Sorong (Papua Barat).
STAIN Meulaboh resmi menjadi IAIN Teungku Dirundeng Meulaboh (Aceh Barat).
STAIN Bengkalis bertransformasi menjadi IAIN Bengkalis (Riau).
STAIN Mandailing Natal kini adalah IAIN Mandailing Natal (Sumatera Utara).
Perubahan status ini tidak hanya sekadar penamaan, melainkan juga menandai perluasan mandat dan tanggung jawab institusi dalam mencetak generasi penerus yang berilmu dan berakhlak mulia.
_________________________________________
Redaksi
PENERBIT:LantasTribun News
DEWAN REDAKSI: Syahrul Amin S.Sos
ACT & Sekertaris LantasTribunNews: Mauladiansya
Alamat Redaksi
Jl. Kedai Runding Durian Kawan, Tanah Munggu,
Gampong Durian Kawan, Kecamatan Kluet Timur,
Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Kode Pos 32771
Telepon: 081367638550
Redaksi menerima kiriman tulisan dari pembaca. Tulisan berupa Berita, Opini, Feature, Tajuk, Detik Peristiwa, Kritikan Pemerintah, Politik, Objek wisata, Sejarah, Kesejahteraan, Olahraga dan tulisan bebas lainnya.